Menduniakan Batik Sebagai Warisan Budaya Indonesia


Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai surga wisata bagi traveller, tapi kota yang biasa disebut Jogja ini, juga dikenal sebagai pusat batik terbesar di Indonesia. Batik merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Jawa, yang dulunya hanya digunakan untuk kalangan keraton saja. Secara perlahan, batik mulai dikembangkan dan diinovasikan oleh masyarakat sekitar.

Tentunya ada beberapa perubahan yang terjadi pada batik setelah dikenal oleh masyarakat luas. Salah satunya dari ragam corak dan teknik pembuatan. Dulu, batik hanya didominasi oleh motif hewan dan tanaman saja, sekarang muncul dengan aneka motif, yang sesuai dengan budaya dan jiwa seni pembuatnya. Lain hal dengan teknik membatik, bermula secara tradisional dengan menggunakan alat berupa canting, atau dikenal dengan batik tulis, sampai batik yang dicetak dengan cara yang modern atau teknik printing. Jadi tidak heran, pada tahun 2014, Yogyakarta dikukuhkan sebagai Kota Batik Dunia oleh Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC), sekaligus sebagai kiblat pencinta batik dunia.


Batik Yogyakarta
jogjaland.net



membatik
membatik



Ada baiknya kita mengenali dahulu beberapa motif batik Jogja dibawah ini: 
1. Motif Batik Pamiluto.
Biasanya batik ini dipakai oleh keluarga kerajaan yang sedang melangsungkan upacara pertunangan.
2. Motif Batik Ciptoning.
Untuk acara – acara resmi, batik ini selalu menjadi pilihan, agar menciptakan kesan anggun bagi si pemakai.
3. Motif Batik Wahyu Tumurun Cantel.
Bagi yang mau temu manten, batik ini khusus dikenakan saat tradisi temu manten dalam adat Jawa.
4. Motif Batik Truntum Sri Kuncoro.
Motif batik ini dikenakan oleh orangtua pengantin saat dalam acara pesta, dengan makna agar orangtua menuntun anaknya mengarungi bahtera rumah tangga yang akan dijalaninya.
5. Motif Batik Sido Mukti Luhur.
Batik ini menggambarkan kebahagian calon ibu yang sedang menunggu proses persalinan anak pertama. Dan juga, batik ini sangat tinggi kaitannya dengan budaya setempat.
6. Motif Batik Soko Rini.
Batik ini lebih banyak digunakan sebagai gendongan bayi. Selain itu biasa juga dipakai saat acara 7 bulanan.
7. Motif Batik Udan Laris.
Biasanya batik ini dipakai sebagai pakaian sehari-hari. Dengan aplikasi warna natural, yang menurut kepercayaan setempat, bisa menghindarkan pengaruh buruk, saat beraktifitas diluaran.
8. Motif Batik Tritik Jumputan.
Bagi yang berpasangan, batik ini sangat cocok untuk dikenakan agar terlihat serasi dengan tren masa kini dan aneka warna yang menarik.

Kota gudeg ini, seakan tidak terpisahkan dengan batik. Tiada henti memberikan inovasi terbaik bagi perkembangan batik di Indonesia. Salah satunya dengan menggelar event akbar Jogja International Batik Biennale atau JIBB, yang bertajuk, Tradition for Innovation. Acara yang berlangsung pada tanggal 12-16 Oktober 2016 ini, lebih menekankan konsep memupuk kecintaan kita pada warisan leluhur.

Acarapun diselenggarakan di 3 tempat berbeda, di Jogja Expo Center, Royal Ambarrukmo, dan di kawasan Imogiri. Sebanyak 7 rangkaian acara akan diadakan pada event ini, yang juga diikuti oleh peserta dari berbagai negara,  diantaranya :
  1. Public Lectures 
  2. Batik Exhibition
  3. Batik Symposium
  4. Batik Workshop Day
  5. Batik Competition
  6. Batik Fashion Show
  7. World Heritage Tour
Banyak sekali harapan yang akan dicapai dengan diselenggarakannya event ini. Salah satunya, lebih mengukuhkan Jogja sebagai Kota Batik Dunia, yang penerapannya tidak hanya dalam kata-kata saja, tapi bagaimana menampilkan batik Jogja sebagai satu komoditi ekspor, yang mampu mempunyai daya jual tinggi dan bisa bersaing dengan produk yang sejenisnya. Baik dari segi harga, kualitas maupun kuantitasnya.

Kalau dilihat beberapa tahun kebelakang, batik sebenarnya secara tidak langsung telah mendunia dengan sendirinya. Dengan adanya beberapa tokoh dunia dan artis mancanegara, yang sudah menggunakan batik sebagai pakaian pilihannya. Mulai dari baju batik, scraf, tas, dompet dan aneka pernik lainnya.

selebriti dunia dan batik
vemale.com

Namun, pakaian semi formal ini, mulanya sempat diakui oleh negara tetangga. sebagai warisan budaya mereka. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam. Pada tanggal 2 October 2009, batik sudah dipatenkan oleh UNESCO sebagai satu Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity), dan menjadikan tanggal saat disahkan sebagai Hari Batik Nasional.

Sedangkan di Indonesia sendiri, baju batik dijadikan sebagai pakaian wajib pada hari jumat, bagi karyawan perkantoran. Tidak ketinggalan juga, seragam sekolah juga ikut andil dalam melestarikan batik di tanah air ini.

Jadi, banyak cara mempromosikan batik sebagai warisan budaya Indonesia, agar semakin dikenal ke mancanegara. Tergantung, bagaimana kita mensiasati strategi dalam memasarkan batik, agar mempunyai nilai dan harga jual yang tinggi. Perubahan perlu dilakukan, tapi tidak mengurangi makna dari batik itu sendiri.

Dan juga banyak cara yang kita lakukan untuk membantu Jogja agar lebih bergaung sebagai Kota Batik Dunia. Tidak hanya sekedar mengetahui jenis dan motif dari batik itu saja, tapi bagaimana kita mengimplementasikannya, dan membantu mempromosikan batik sebagai warisan budaya bangsa yang bercita nilai tinggi.

Mulailah dengan hal yang kecil untuk mengangkat nama batik di kancah dunia. Tunjukan, bahwa Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia, mampu bersaing dan menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Tidak hanya masyarakat Jogja saja, tapi juga seluruh rakyat Indonesia.

No comments

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.