Mengintip perkawinan dengan Adat Aceh dan Palembang

Pernahkan gaes menghadiri pesta perkawinan? baik itu teman, maupun kerabat? Pernah dong.. Mungkin ada beberapa temans yang hanya melihat pesta dengan adat Jawa, Padang dan Sunda saja. Memang Adat itulah yang paling sering di sorot melalui media cetak, Televisi maupun medsos lainnya. Baik dari nikahan sodara, artis, anak konglomerat maupun anak pejabat.

Nah..di sini saya akan mengupas sedikit tentang pernikahan teman saya yang bernama Lisa. Yang akhir Juli kemarin, saya menghadiri pesta pernikahannya. Menariknya, Lisa menikah dengan pria asal Palembang, sedangkan Lisa sendiri berasal dari Aceh. Wah...2 adat yang berbeda ya.. Gimana sih dengan pesta perkawinannya? Adat apa juga yang mereka pake dari awal sampai akhir acara? Penasaran kaan..Yuk..kita simak..

Seperti kita tau, Aceh dan Palembang sama-sama berada di pulau Sumatera. Saya, anda dan mungkin sebagian orang belum terlalu tahu adat Aceh itu apa aja sih? Apakah karena berasal dari pulau yang sama, adatnya juga sama? atau mungkin berbeda? Secara garis besar tentu ada persamaannya, tapi bedanya dimana ya? kita bahas sedikit tahapan pada adat Aceh yuk..
  1. Ba Ranup, atau prosesi lamaran. Kerabat calon pengantin pria yang pintar berbicara, di utus menemui keluarga calon pengantin wanita, dengan tujuan menayakan, apakah si wanita sudah ada yang memiliki atau belum. Apabila pinangan disetujui, selanjutnya keluarga calon pengantin pria datang kembali dengan membawa sirih sebagai simbol penguat ikatan.
  2. Jakba Tanda, atau pembicaraan ulang tentang Ba Ranup, dimana keluarga calon pengantin pria, membahas tentang hari pernikahan dan mahar. Pada acara Jakba Tanda ini keluarga pengantin pria membawa makanan dan barang barang seperti : beleukat kuneeng dengan tumphao, buah-buahan dan pakaian untuk wanita, yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan pria nya.
  3. Pesta Pelaminan, terdapat prosesi tueng dara baro atau penjemputan secara adat. Pihak pengantin pria menjemput wanitanya yang selanjutnya kedua mempelai melakukan akad di depan kadi.
Biasanya setelah pesta selesai, masih ada acara adat  yang mesti di jalani sang pengantin. Tapi teman saya melakukannya gak ya? Secara, kalau di perantauan, proses A sampai Z biasanya tidak terlalu ribet kan, atau diambil gampangnya saja, tanpa meninggalkan adat itu sendiri. Hihihihi...

Karena teman saya yang perempuan dan dari Aceh, maka adat pihak pria kita bahas di lain waktu saja. Mengingat pengantin pria juga mengalir darah dari 2 daerah yang berbeda, yakni Palembang dan Padang. Jadi terlalu panjang untuk menjelaskannya. Maaaf..

Back to nikahan Lisa. Dalam Undangan, pesta dimulai pukul 2 siang, saya dan teman saya Teh Lina datang ke pesta pada pukul 11.30. pada saat break kerja dan mengingat ada kegiatan juga ke tempat lain sore nanti. 

Pesta diadakan di rumah sang pengantin wanita. Meski di perumahan, tapi suasana "wah" sudah tampak dari gerbang masuk, seperti tiang-tiang yang menyerupai sebuah jalan yang di hiasi dengan lampu kerlap-kerlip serta di alasi dengan karpet merah. Ck..ck..ck sesuatu bangeeet..

Melihat ke atas langit-langit pelaminan, suasana merah, gold, ingu dan putih menghiasi pandangan mata. Ditambah disisi kanan yang didominasi warna ungu dan putih. keempat warna tersebut, seakan menjadi warna yang kontras untuk tema pesta kali ini. Detail dari pesta Lisa ini, mungkin bisa jadi reverensi buat rekan yang mau melamar sang pujaan hati ke jenjang yang lebih serius. Dan bagi para jomblowan jomblowati, disimpan aja dulu, buwat tema pesta kalo sudah dapat calonnya. :)

Proses acaranya.

pesta adat aceh dan palembang
pesta adat aceh dan palembang

Pertama, tentu prosesi ijab kobul, di laksanakan pada pagi hari, ditanggal yang sama. Untuk acara nikah ini, pengantin pria dan wanita menggunakan pakaian serba putih. Biar ada nuansa adatnya, pengantin pria memakai Tanjak. Gak tau kan Tanjak itu apa? Tanjak yaitu sebuah kain yang dibentuk menyerupai sebuah bentuk yang dipakaikan dikepala.
Pesta siang harinya, Pengantin menggunakan pakaian adat Aceh yang berwarna merah untuk wanita dan hitam berkain merah untuk sang pria. Wah..tampak serasi sekali ya, si cewek cantik dan si abang ganteng. Jadi kebayang memori saya 7 tahun yang lalu :>

Waktu sore harinya, kedua mempelai kembali bertukar pakaian. Kali ini warna yang dipilih adalah Biru Pekat. Bisa kita lihat disini mereka memakai adat Padang kombinasi Palembang pada sang pria ya, kalo gak salah di atas kepala pengantin pria nyaitu Taluak Balango kan Lis?

Yang menjadi pusat perhatian saya pada pesta ini antara lain:
  1. Undangan yang dibuat seperti notes, yang dihiasai dengan pita pink dibagian luar, dan adanya photo calon pengantin pria dan wanita.
  2. Gerbang menuju area pesta yang dibuat semenarik mungkin.
  3. Area pesta memakan habis 1 blok perumahan, kira-kira 10 rumah kiri kanan.
  4. Adanya poto pre-wed yang di susun di atas meja tepatnya di sebelah kanan area pesta, yang dihiasi dengan bunga, chic dan keren abis.
  5. Dekorasi pelaminan dan tempat duduk para undangan yang segar dan nyaman.
  6. Singgasana pengantin yang di hiasai oleh waterwall.
  7. Dan terakhir, adanya sauvenir dari pengantin sebagai tanda terima kasih atas kehadiran di pestanya.

Menarik kan? Nah, Itu sedikit cerita saya tentang pernikahan dengan 2 adat yang berbeda. Siapa yang akan menyusul nih ke pelaminan lagi? 
Untuk Lisa dan Adit, Selamat menempuh hidup baru ya, mudah-mudahan menjadi pasangan sampai akhir hayat. Aamiin.

Sekedar mengingatkan ya gaes :
Menikah mungkin impian semua orang. Membawa sang kekasih untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, butuh persiapan, kekuatan dan mental yang tangguh. Adanya komitmen untuk menjaga suatu hubungan sangat diperlukan sekali dalam berumah tangga. Jangan sampai, senang di awal, menderita pada akhirnya. Atau dengan kata lain, bercerai!
Jangan sampai ya..


No comments

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.