Pada hakikatnya, setiap manusia berpotensi menghasilkan sampah. Baik sampah organik maupun anorganik. Dampak sampah tidak hanya mencemari tanah, udara, dan lingkungan, tetapi juga menjadi sumber penyakit, dan memicu masalah alam seperti perubahan iklim.
Di Indonesia sendiri sampah menjadi masalah yang belum terselesaikan. Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, di 2019 negara kita menghasilkan sampah sebanyak 67 ton. 60 persen didominasi oleh sampah organik dan 15 persen berasal dari sampah plastik.
Sampah organik dan plastik dihasilkan oleh pola konsumsi dan produksi kita sendiri. Coba perhatikan, berapa banyak sampah yang kita hasilkan dari aktivitas 1 hari? mulai dari minum es teh manis dengan sedotan, konsumsi kue berbungkus plastik, minuman kemasan botol yang tak bisa didaur ulang, serta camilan sore dan sisa makanan, semua menghasilkan sampah. Jika satu orang menghasilkan 1kg sampah dengan menu seperti di atas, bisa dibayangkan jika 100 orang mengkonsumsi menu yang sama, 100kg sampah dengan mudah dihasilkan.
Kondisi ini semakin memprihatinkan dengan tidak dipilahnya sampah organik dan anorganik, hingga menyebabkan tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah-sampah yang menumpuk di TPA, akan mengganggu sirkulasi udara yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, melalui bau busuk yang dikeluarkan.
Tumpukan sampah yang menggunung di TPA, bisa berakibat fatal bagi penduduk setempat. Sampah-sampah tersebut, akan mengeluarkan gas metana beracun dari proses pembusukan. Gas metana yang terperangkap, bisa memicu terjadinya ledakan. Inilah yang terjadi pada TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 2005 lalu, ledakan dahsyat yang melongsorkan bukit penuh sampah, hingga menyebabkan tiga desa tertimbun, dan 150 nyawa korban melayang sia-sia.
Hal ini patut menjadi perhatian kita bersama. Tingginya konsumsi dan produksi di Indonesia, mengakibatkan negara kita berpotensi menumpuk banyak sampah organik dan anorganik. Pabrik-pabrik akan terus beroperasi selama permintaan pasar masih tinggi. Gaya hidup masyarakat perkotaan yang kerap menumpuk makanan kemudian layu dan membusuk, semakin menambah banyak sampah di lingkungan kita.
Apalagi dengan kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya, jauh sudah harapan memiliki lingkungan bebas sampah. Bukankah sering kita temui orang membuang sampah bungkus permen begitu saja? Atau sampah yang tiba-tiba terbang dari balik kaca mobil di jalan? Jika satu orang menganggap sampah kecil terbuang tidak masalah, bagaimana jika 10 juta orang berpikiran sama? Berapa banyak sampah yang akan tertumpuk?
sampahku berpengaruh besar pada lingkungan |
Fenomena ini tidak hanya terjadi di daratan saja. Di lautan juga berpotensi menumpuk banyak sampah. Bekas jaring kapal penangkap ikan yang tertinggal, sampah yang dihasilkan oleh kapal-kapal besar yang melewati perairan, dan sampah darat yang terbawa angin ke lautan, semua tidak bisa dikendalikan.
Ekosistem laut akan tercemar. Ikan-ikan mengira, sampah mikro yang terapung adalah makanan bagi mereka. Jadi jangan heran, bila kasus seperti mati terdamparnya seekor paus sperma pada 2018 lalu di perairan Pulau Kapota, Wakatobi Sulawesi, dengan sampah plastik di perutnya seberat 6kg, masih akan terjadi di masa yang akan datang.
Belum lagi sampah rumah tangga dari 250 juta penduduk Indonesia yang berasal dari aktivitas rutin harian seperti mandi dan mencuci, dengan limbah sisa buangan yang semakin membahayakan lingkungan.
Kejadian ini membangunkan Indonesia akan masalah sampah yang semakin nyata. Kita sebagai masyarakat yang menyaksikan bagaimana risiko sampah, khususnya plastik, berdampak di segala lini kehidupan. Saatnya menjadikan Indonesia bersih dari sampah, dengan membiasakan hal-hal kecil seperti meminimalisir sampah pribadi dengan mengurangi pemakaian produk sekali pakai.
Beberapa kerugian akibat sampah:
1. Mencemari tanah, lautan dan udara
2. Menyumbat saluran air
3. Perubahan Iklim
4. Habitat hewan akan punah karena memakan sampah mikro.
5. Merugikan sektor pariwisata.
SAMPAHKU TANGGUNG JAWABKU
Tingginya negara kita menghasilkan sampah, memicu masyarakat dan beberapa komunitas gencar melakukan penyuluhan demi menanggulangi sampah yang makin mengkhawatirkan. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama mengelola sampah dengan bijak agar perekonomian bangsa berjalan stabil tanpa menimbulkan dampak sampah di lingkungan.
Kebijakan ini terlihat dari penempatan tempat sampah di sekitar area perumahan, pasar, perkantoran, taman, masjid, area wisata dan beberapa fasilitas umum lainnya. Membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenis sampah, merupakan cara kita berkontribusi dalam pengelohan sampah yang lebih baik
tempat sampah di taman bermain |
Pembedaan warna tempat sampah ternyata sudah diatur dalam Undang-undang yang berlaku, dengan mengelompokan sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini tentu saja mempermudah masyarakat membuang sampah mereka sesuai tempat masing-masing. Warna tempat sampah yang sering dijumpai adalah hijau (organik), kuning (anorganik), merah (B3), biru (daur ulang), abu-abu (residu).
Mengelompokan sampah sesui jenisnya, bisa juga diterapkan di rumah. Meletakan kantong sampah di dapur, atau halaman belakang rumah yang mudah dijangkau, agar memudahkan proses pembuangan.
Tentu tidak semudah membalik telapak tangan merubah prilaku bijak akan sampah. Sering di jumpai, bahkan banyak dari kita yang masih membuang sampah sembarangan, atau memasukan sampah tidak pada tempat yang sesuai.
Secara personal, kita mesti bertanggung jawab tentang pengelolaan sampah melalui tindakan simple, seperti mengubah kebiasaan lama menumpuk sampah, ke kebiasaan baru dengan melakukan refuse, reduce, reuse dan recycle.
Sejatinya, mengurangi sampah, berarti menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan membantu mengurangi pembuangan sampah ke TPA. Dengan tata kelola sampah secara efektif dan tepat, sangat penting untuk pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Jika tidak dikelola, dibuang atau dibakar, limbah membahayakan kesehatan manusia, merusak lingkungan yang mengakibatkan perubahan iklim, serta menghambat pertumbuhan ekonomi.
Apa saja contoh kebiasaan baru bertanggung jawab akan sampah sendiri :
1. Memisahkan sampah organik dan anorganik
Menyediakan tempat sampah organik dan anorganik di halaman rumah, secara tak langsung memudahkan petugas sampah dalam memilah sampah yang akan dihantar ke TPA.
2. Membuat kompos
Pupuk kompos merupakan pupuk alami yang berasal dari limbah organik alami seperti bekas sayuran atau sisa makanan. Mengolah bahan-bahan organik, tak hanya aman untuk tanaman, tetapi juga aman terhadap lingkungan
3. Mengurangi pemakaian produk sekali pakai
Produk sekali pakai berpotensi menumpuk sampah plastik. Seperti tisu, sedotan plastik, botol kemasan sekali pakai. Biasakan membawa sapu tangan atau tumbler dari rumah, selain aman, pemakaian produk sekali pakai, bisa diminimalisir.
4. Merubah sampah menjadi energi
Sisa buangan dari aktivitas sehari-hari akan menimbulkan nilai guna bila dikelola dengan baik. Seiring berkembangnya teknologi, limbah dapat dirubah mejadi sesuatu bernilai guna. Seperti sampah yang bisa dirubah menjadi energi listrik. Kerjasama masyarakat dan pemerintah, akan menjadikan nilai guna sampah bagi perekonomian.
4. Melibatkan pihak mengelola sampah
Menlibatkan pihak sampah pada pihak terkait akan lebih mudah dan tidak menghabiskan waktu. Di media sosial banyak tersedia perusahaan jasa pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Salah satunya adalah Waste4change.
SAMPAHKU DENGAN WASTE4CHANGE
Dewasa ini banyak wirausaha pengelolaan sampah bermunculan akibat dampak global sampah yang berimbas kepada sektor ekonomi. Bagi orang awam, mengelola sampah dengan melibatkan jasa satu perusahaan mungkin hal asing bagi mereka. Yang mereka tahu, mengumpulkan sampah, memilah, dan meletakannya di tong sampah depan rumah. Beberapa hari kemudian, truk pengambilan sampah akan mengangkut sampah rumah tangga tersebut ke TPA.
Sebagian komplek perumahan, sekarang menyediakan layanan bank sampah, yakni dengan mengumpulkan material botol plastik, dan menyetorkan ke RT setempat. Biasanya ada harga yang dibayar setelah sampah disetorkan.
Seiring dengan lajunya perkembangan teknologi yang memudahkan manusia untuk mengelola sampahnya. Salah satu perusahaan yang mengelola sampah dengan bertanggung jawab adalah waste4change.
Penyedia jasa penyedia layanan sampah seperti waste4change, memudahkan sampah dikelola dan didaur ulang. Karena, salah satu misi waste4change adalah, Menjadi Pemimpin dalam Menyediakan Solusi Pengelolaan Sampah yang Bertanggung Jawab.
Apa sih waste4change?
Waste4Change adalah kewirausahaan sosial yang memberikan solusi terhadap permasalahan sampah, dengan prinsip perubahan perilaku dan pengelolaan yang bertanggung jawab dengan misi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab atas sampahnya. Empat inti usaha Waste4Change antara lain Consult, Campaign, Collect, & Create.
CONSULT, menyediakan riset berbasis data, serta masukan dari ahli-ahli persampahan di tingkat lokal, dalam rangka mengoptimalkan solusi pengelolaan sampah.
CAMPAIGN, memfasilitasi program sosialisasi dan edukasi antar pemangku kepentingan untuk menciptakan perubahan ekosistem dalam rangka mewujudkan Ekonomi sirkular.
COLLECT, memfasilitasi klien dengan pengangkutan sampah terpilah, serta laporan alur sampah..
CREATE, memproses sampah yang terkumpul dengan cara yang bertanggung jawab, untuk diubah menjadi material daur ulang.
Waste4change Produk dan Layanan.
Selain memfasilitasi dan mengelola sampah dengan bijak, waste4change juga mempunyai produk dan layanan khusus bagi perusahaan dan individu. Pilihan jasa yang tepat untuk solusi permasalahan sampah secara tak langsung berkontribusi menyelesaikan masalah sampah dengan baik dan berintegritas
Produk yang ada pada waste4 change antara lain, Peralatan & Perlengkapan Mengompos, Produk Black Soldier Fly (BSF), Custom Waste Bin. Sedangkan untuk layanan sendiri terbagi dua kategori, untuk Perusahaan dan Individu.
Masalah sampah rumah tangga atau masalah sampah yang kita hasilkan, memilih sistem layanan Individu akan sangat menguntungkan dalam pengelolaan sampah ke depannya,stem dengan menggunakan sietem Recycle dan Personal Waste Management.
Di Recycle with us, kamu akan dimudahkan melakukan daur ulang sampah anorganik secara bertanggung jawab sehingga tidak berakhir di TPA atau laut. Asyiknya lagi, pada sistem ini, turut serta menggandeng perusahaan atau brand yang sudah menerapkan konsep Extended Producer Responsibility Indonesia (EPR) dan berkomitmen mendaur ulang produk atau kemasannya. Secara tak langsung, kita ikut mendukung Indonesia bebas sampah dan mengurangi sampah yang berakhir di TPA.
Sedangkan di Personal Waste Management, lebih menitikberatkan pada sampah anorganik personal dan rumah tangga, langsung dari rumah klien. Asyiknya di sini, kita bisa berkontribusi meningkatkan kesejahteraan petugas pengelola sampah. Bagaimana pun resiko dan terinfeksi penyakit pada profesi ini lebih rentan. Maka dari itu Waste4Change mengajak klien untuk memilah sampah dan memberikan kompensasi yang layak pada petugas pengelola sampah yang terdampak.
dampak sampah pada lingkungan |
No comments
Post a Comment