Saya sempat trenyuh, menyaksikan tumbangnya satu persatu pohon besar, guna pembangunan jalan layang di kota tempat saya tinggal. Belum lagi di beberapa titik lain, bukit dengan pepohonan rimbun diratakan untuk menambah jalan alternatif.
Senada dengan hal di atas, portal berita kerap menyiarkan penggusuran lahan pertanian, penggundulan dan kebakaran hutan, yang berdampak pada hilangnya lahan hijau sebagai alih fungsi tanah.
Sejatinya, pembangunan infrastrukstur sangat bagus untuk laju perkembangan ekonomi. Apalagi kota tersebut didukung tingginya akses industri dan pariwisata. Namun di sisi lain, hilangnya pepohonan, menjadikan jalanan lebih panas, debu tidak terserap dengan baik, polusi meningkat bahkan lebih parah lagi, banjir dan longsor akan mudah menyerang manusia.
Penebangan pohon setelah alih fungsi tanah, kadang tidak diiringi dengan penanaman pohon baru. Kalau pun ditanam butuh waktu 3 tahun lebih, agar pohon berfungsi dengan sempurna. Belum lagi, saat ini kita menghadapi cuaca ekstrim yang bisa memicu resiko bencana lebih besar. Di mana hujan, panas, angin kencang yang disertai banjir tidak dapat diprediksi.
***
Kita patut bersyukur, negara kita memiliki hutan yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Dengan lima pulau besar di dalamnya, tidak lah salah, bila negara kita termasuk salah satu penyumbang paru-paru dunia, dengan total luas hutan sekitar 128 hektar.
Di antara rimbunnya hutan negara ini, terdapat pepohonan besar multifungsi, hasil hutan, serta keanekargaman flora yang dilindungi kelestariannya. Sebagian di antaranya, menjadi ciri khas daerah, sekaligus ikon bangsa Indonesia.
Namun, keanekaragaman flora yang terdapat di hutan belantara negeri ini, sebagian besar telah hancur oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Deforestasi, kebakaran hutan, pembalakan liar, tidak bisa ditanggulangi, hingga menyebabkan kita tidak hanya kehilangan flora, tapi juga fauna.
Keanekaragam flora Indonesia, sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di daerah dekat hasil hutan. Banyak dari hasil hutan yang bisa dialihfungsikan menjadi sumber pencarian penduduk sekitar, jika dikelola dengan baik.
Bukankah penjajah datang ke Indonesia karena tergiur hasil hutan yang melimpah ruah? mengapa mereka bisa menikmati kopi, cengkeh, kayu manis, kapulaga, lada dan lain sebagainya, sedangkan kita hanya terdiam tanpa berbuat apa-apa?
Harus ada kesadaran dari setiap stake holder untuk menanggulangi masalah hutan yang terjadi selama ini. Masyarakat setempat, pengusaha, pemerintah hendaknya bekerja sama menjaga kelestarian hutan, hingga fungsi hutan tidak hanya penyumbang paru-paru dunia saja, tapi juga menambah devisa negara.
Salah satu cara dengan melakukan sistem tebang pilih. Mengambil yang bermanfaat dan membiarkan yang lainnya. Hal ini tentu saja agar keseimbangan alam tetap terjaga dan ekonomi meningkat sejalan dengan kesejahteraan penduduknya.
Mari sama-sama kita jaga hutan Indonesia, dengan menindak setiap pelaku pembalakan liar, yang akan merugikan bangsa Indonesia. Melestarikan hutan adalah satu cara menjaga bumi demi kelangsungan hidup anak cucu kita ke depannya. Kalau tidak sekarang, kapan lagi.
No comments
Post a Comment