Sedih dan senang adalah fase kehidupan yang dialami setiap insan. Kondisi ini adalah reaksi normal manusia, terhadap perubahan dalam hidup mereka. Seperti yang dikatakan Ikrimah Rahimahullah, setiap insan pasti merasakan suka dan duka. Oleh karena itu jadikanlah sukamu adalah syukur dan dukamu adalah sabar.
Hal membuat sedih dan bahagia |
Pernah berada di sedih dan bahagia, di bawah ini ada beberapa kasus di mana rasa sedih hampir membuat terpuruk.
1. KEHILANGAN IBUNDA
Sewaktu SMA, tepatnya Agustus 1998, bapak saya dipanggil Yang Maha Kuasa. Sedih kehilangan sosok kepala keluarga sudah pasti dirasakan keluarga besar saya. Mencoba ikhlas, memang itu cara terbaik Allah SWT, mengangkat sakit yang ada di tubuh bapak.
Tiga belas tahun kemudian, April 2011 giliran ibu saya menyusul Bapak ke haribaan Illahi. Pasrah! Hilang sudah kunci surga saya.
Kesedihan mendalam saya rasakan, ketika ibu saya berpulang ke haribaan Illahi. Kehilangan sosok ibu, tentu membawa dampak signifikan dalam hidup. Selama beberapa bulan, saya kerap dihantui rasa sesal, belum bisa membahagiakan beliau.
Untaian kenangan masa lalu bersama ibu, bergerilya dalam pikiran saya. Apalagi mengingat dosa yang pernah saya lakukan dulunya. Isak tertahan kerap menemani tidur malam saya.
Entahlah, bagi saya, kehilangan sosok ibu lebih berat dibanding kehilangan ayah. Bukan tidak sedih ketika ayah berpulang, hanya saja, perginya ibu, lebih meremukan hati saya.
Beberapa bulan larut dalam kesedihan, saya coba menata hati untuk mengikhlaskan kepergian sosok penting di keluarga saya. Sejatinya kematian itu pasti, kita hanya menunggu giliran dipanggil saja.
2. KEGUGURAN
Di tahun yang sama dengan kematian ibu, saya keguguran anak kedua. Tepatnya lima bulan ibu saya berpulang. Kehilangan yang beruntun menurut saya. Mental yang belum stabil, ditambah sikap paksu yang kurang pengertian, ya sudah, anak kedua bukan rejeki saya.
3. ANAK SAYA STEP
Dua tahun setelah keguguran, anak ketiga saya lahir secara sesar. Namun, menginjak usia 1 tahun 8 bulan, anak saya mengalami step. Badan tegang, bibir terkatup membiru, dengan mata yang udah gak sinkron. Cemas, takut terjadi sesuatu yang buruk serta merta menghantui saya. Air mata meleleh tanpa ada isakan atau teriakan. Yang saya pikirkan, bagaimana membawa anak saya sesegera mungkin ke bidan sebelah rumah. Doa dan zikir seiring dengan ketakukan saya akan hal buruk. Alhamdulillah, kurang dari satu menit, anak saya sadar dan langsung menangis.
Adalah wajar bersedih ketika terjadi peristiwa yang memicu emosional akan kehilangan orang yang dicintai. Seperti yang saya katakan di atas, kondisi ini adalah reaksi normal manusia terhadap perubahan dalam hidup. Bukankah Allah menciptakan kesedihan agar manusia sadar nikmatnya kebahagian?
Di balik rasa sedih, aakan ada kebahagiaan sesudahnya. Pengen tahu apa saja bahagia terbesar yang mewarnai hari-hari saya?
1. MENJADI KARYAWAN TETAP
Berpindah kerja selama beberapa kali, tak membuat saya jera menemukan hal baru. Terakhir di tempat kerja sekarang, selang satu tahun, saya langsung permanen. Bahagia kan ya, bisa ngrim sama emak di kampung, Itupun masih kurang yang saya kasih, dua tahun bekerja, emak udah berpulang.
2. HAMIL ANAK PERTAMA
Menikah di usia 29 tahun, batin saya mendesak agar segera punya momongan. Saya mulai mengkalkulasikan jarak usia saya dan anak nantinya. Alhamdulillah, satu bulan menikah saya langsung hamil. Sungguh hal yang membahagiakan, dalam rentang 12 bulan, saya sudah dikarunai satu putri cantik, sungguh awal dan akhir tahun yang membahagiakan.
Bahagia itu sederhana, ngelihat anak tumbuh besar saja, sudah bahagia, belum lagi melakukan hal kecil yang memberi manfaat bagi orang sekitar., pencapaian saya yang luar biasa sekali.
Sejatinya, perempuan mudah tersentuh oleh hal sentimentil yang menyentuh hati mereka. Menangis adalah cara alami tubuh menghilangkan stres dan memperbaiki suasana hati. Bahkan setelah menangis tubuh jadi lebih baik dan lega
No comments
Post a Comment