Kebakaran Hutan, PR Negeri yang Tak Kunjung Selesai

Kebakaran hutan
Kebakaran hutan, ilustrasi Canva

Kebakaran hutan dan lahan, Riau 1997 

Langit gelap menyapa ketika membuka pintu pagi itu. Sesaat saya sempat tertegun dengan suasana di luar rumah. Apakah saya yang terlalu cepat bangun?

Melirik jam tangan yang sudah menunjukan pukul 6.15 WIB. Waktu di mana saya harus berangkat sekolah. Gravitasi kaki membawa saya kembali masuk rumah. Mungkin jam tangan ini rusak. Tapi tidak, jam dinding pun sinkron dengan jam di tangan.

Melangkah ke luar sembari mengedarkan pandangan sekeliling. Kabut mendominasi di setiap sudut. Menara masjid yang biasanya terlihat dari rumah, kali ini hilang dari pandangan. Pun sama halnya dengan pohon kelapa di pesisir pantai.

Entah dari mana kabut ini berasal. Fenomena yang hampir tidak pernah terjadi, mengingat rumah saya hanya berjarak 300 meter dari bibir pantai, yang notabene tak pernah terdampak kabut tebal layaknya  dataran tinggi.

Takut terlambat ke sekolah, saya pun bergegas ke persimpangan menunggu bus kota. Terlihat beberapa siswa berseragam putih abu-abu seperti saya, mengenakan masker sebagai partisi. Ah, mungkin saya terlewat hot news pagi ini.

Via kaca jendela bus, view gedung dan perumahan penduduk yang biasa saya nikmati selama perjalanan, terlihat samar. 

Dari percakapan yang saya tangkap, telah terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau. Sebagian tampak menggerutu, sebagian lagi menyalahkan Pemda setempat. Namun, nada menyedihkan terdengar dari seorang pria berkacamata yang risau akan saudaranya penderita ispa. Tebalnya asap, dikhawatirkan menambah risiko penyakit yang dideritanya.

Entahlah, seberapa luas lahan itu terbakar. Yang jelas, angin membawa kabut asap dalam jumlah besar ke wilayah SumBar, wilayah yang berbatasan paling dekat dengan titik api. Saya kira kabut biasa, ternyata gas beracun CO2.

Karbondioksida atau CO2 adalah emisi terbesar yang dihasilkan dari kebakaran hutan. 

Tak menunggu lama, PemKot Padang segera menyerukan masyarakat memakai masker dan larangan keluar rumah jika keadaan tak memaksa.


INDONESIA ITU INDAH

Sempat miris melihat berita di televisi tentang kebakaran hutan di Indonesia. Hutan yang menampung cadangan terbesar O2, hilang jutaan hektar dalam waktu singkat. Kalaupun dilakukan reboisasi, butuh waktu tiga tahun agar pohon tumbuh maksimal.

Ah, seandainya para pembakar hutan tahu, betapa indahnya kekayaan alam berupa hutan luas dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Seandainya mereka tahu, hutan sebagai tempat tinggal kelompok besar masyarakat adat. Seandainya mereka tahu, hijaunya hutan bisa sebagai meditasi diri, seandainya juga mereka tahu, mahalnya oksigen ketika mereka sakit, tentu tak melulu untung yang mereka pikirkan.

Indonesia Indah
Indonesia luar biasa Indah.  Photo:canva


Indonesia itu luar biasa indah. Negeri berjuta pulau dengan fenomena alam yang membuat resah ingin menjelajah. Landskap alam yang tersusun bak punuk unta, tempat berkumpulnya gugusan masyarakat flora sangat kompleks. Di mana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik tidak hanya dengan tumbuhan lain, tapi juga dengan lingkungan.

Tampakan tegakan pohon kokoh yang ditengahnya mengalir sungai jernih sebagai tempat hewan melepas dahaga, akan semakin syahdu dengan dentuman air terjun sebagai muaranya.

Belum lagi pohon yang memiliki buah-buahan dan tumbuhan khas tropis yang hanya tumbuh Indonesia, menjadikan hutan Indonesia tempat ilmuwan melakukan observasi investigasi. Semuanya bernilai ekonomis.

Sungguh, satu ekosistem kompleks yang Allah ciptakan untuk Indonesia. Yang pada satu pohon saja, terdapat segudang manfaat bagi manusia. Mulai dari kayu, kulit, akar dan daun berguna bagi kelangsungan hidup sekarang, hingga ke anak cucu nantinya. Masih tegakah kita membakar hutan membabi buta?

Beberapa manfaat hutan yang sering kita berpengaruh bagi kelangsungan makhluk hidup.

  • Sebagai filter CO2, dan penyedia udara bersih atau O2.
  • Akar dapat menyimpan cadangan air dalam jumlah besar.
  • Menjaga iklim tetap stabil
  • Tempat hidup ratusan flora dan fauna.
  • Sebagai bahan dasar obat.
  • Menahan tanah dari banjir dan longsor.
  • Sebagai wisata alam.

HUTAN INDONESIA

Berbagai tipe hutan, bisa kita dijumpai dari Sabang Sampai Merauke dengan jenis dan keunikan di dalamnya. Beberapa tipe hutan di negara kita seperti, hutan musim, stepa, sabana, rawa, lumut, mangrove dan hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis
Hutan hujan tropis
sumber : lindungihutan.com, rimbakita.com

Berdasarkan data Forest Watch Indonesia (FWI) di 2013, dunia telah mengenal Indonesia sebagai hutan hujan tropis tebesar ketiga di dunia. Hal ini disebabkan, hutan hujan tropis memiliki iklim yang lembab, terlihat hijau dan curah hujan tinggi setiap tahunnya.

Ciri dan karakter hutan hujan tropis yang unik, banyak dijumpai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Hutan ini memiliki vegetasi berlapis dari strata A hingga strata E. Di mana pada strata A ditumbuhi pepohonan dengan tajuk tidak berurutan dan bercabang sedikit, dan lapisan kedua pohon berciri ramping dengan tinggi 30-40 meter yang menaungi tajuk di bawahnya. Hutan ini juga tempat bernaungnya primata, burung dan hewan lain.  

Hutan hujan tropis adalah jenis hutan hujan yang berada di kawasan iklim tropis yaitu 23.5° lintang utara (LU) dan 23.5° lintang selatan (LS).

Di tengah maraknya kebakaran hutan, reboisasi dan konservasi pun digiatkan. Aksi penanaman 1000 pohon, salah satu langkah nyata buat hutan Indonesia. Walau butuh waktu untuk tetap tegak seperti sediakala, namun hutan yang ditanam kembali, tetap memiliki nilai bagi pencintanya.


FAKTA KEBAKARAN HUTAN INDONESIA

Hampir setiap wilayah Indonesia yang memiliki hutan, pernah dilanda kebakaran dari tahun ke tahun. Sumatera dan Kalimantan adalah dua wilayah terbesar yang pernah dilanda kebakaran hebat. 

Kebakaran hutan dan lahan terus berulang tiap tahunnya. Setidaknya 2 juta hektar lahan terbakar tiap tahun dengan kerugian jutaan dolar. Belum lagi kabut asap yang membawa serpihan sisa hasil bakaran ke wilayah terdekat, membuat banyak orang kesulitan bernafas, dada sesak, tenggorokan sakit, ispa, bahkan tak sedikit yang meninggal.

Hutan di wilayah Sumatera, Kalimantan dan Papua yang biasa terlihat hijau dengan kumpulan Dipterocarpaceae bernilai ekonomis tinggi, perlahan hilang dan tersisa tegakan pohon saja.

Sangat disayangkan, Indonesia yang masuk dalam 5 hutan terbesar di dunia, dan memiliki sumber daya hutan sangat besar, perlahan terkikis oleh eksploitasi kepentingan pribadi /kelompok.

Eksploitasi hutan yang membabi buta, menghancurkan ekosistem flora dan fauna. Ekosistem hutan yang sebagian besar beriklim basah, akan terjadi penurunan kelembaban akibat lahan terbuka.

Hal ini menyebabkan matahari akan langsung mengenai tanah yang menyebabkan kekeringan. Lingkungan hutan berupa rawa gambut, yang harusnya basah dan lembab, menjadi kering dan mudah terbakar. Penyebabnya 98% ulah manusia, dan 2% oleh alam.

Kebakaran hutan
Data kebakaran hutan Indonesia


Oleh sebab itu, kebakaran hutan Indonesia sebagai akibat keserakahan oknum tak bertanggung jawab yang  memiliki kepentingan ekonomi dibalik terbakarnya hutan dan lahan di Indonesia.

Nah, apa saja fakta kebakaran hutan dan lahan di Indonesia?

1. Manusia Penyebab Kebakaran Hutan

Manusia adalah penyebab utama kebakaran hutan di Indonesia. Di mulai dari hal sepele seperti membuang puntung rokok, membuat api unggun, membakar sampah dan sengaja membakar dengan bayaran. Hutan yang seharusnya berfungsi sebagai O2, bisa diubah menjadi CO2.

Hutan yang selama ini merupakan andalan hidup masyarakat lokal, dibalak, dibakar, dan dibuka secara serampangan untuk perkebunan secara luas dan sismatis.

Membakar hutan seakan menjadi ciri pembukaan lahan baru yang mudah dan berbiaya rendah. Anggapan bahwa dengan membakar tanah akan menjadi subur, seakan menjadi tren berlanjut secara turun temurun.

Akibatnya, banjir, dan longsor yang kita amati beberapa tahun belakangan di televisi, adalah beberapa dampak kebakaran hutan akibat alih fungsi lahan yang dilakukan oleh manusia.

2. Tingginya Nilai Hasil Hutan 

Seperti yang kita tahu, jutaan manusia bergantung kepada hasil hutan sebagai sumber air, makanan, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya. Sayangnya, pemanfaatan hasil hutan sudah diambang batas seharusnya. Hasil hutan yang bernilai ekspor tinggi, membuat banyak perusahaan berebut membuka industri baru. Mulai dari Industri perkayuan, seperti kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis dan pulp, Industri kelapa sawit, perkebunan, hingga industri kosmetik.

Semua demi cuan. Pertumbuhan ekonomi dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan berkelanjutan dan hak-hak penduduk lokal. Hasil hutan telah dieksploitasi secara berlebihan. Jutaan lahan telah dialokasikan untuk pembangunan perkebunan sawit, cengkeh, kopi dll. Belum lagi pencurian kayu, pembalakan ilegal yang tidak terkontrol, menyisakan sisa hasil pembalakan yang dibiarkan begitu saja. Sisa hasil pembalakan ini lah yang memicu kebakaran mudah terjadi.

3. Lemahnya Penegakan Hukum 

Banyak penegakan hukum yang mengatur perlindungan hutan dan lahan di Indonesia, baik berupa ancaman pidana penjara, maupun denda yang cukup besar. 

Walau banyak hukuman dengan segala risikonya, namun tetap saja pratik pembakaran hutan, bisa dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Terlebih lahan yang berada di luar hak penguasaan lahan.

Deforestasi hutan demi kepentingan politik dan keuntungan pribadi, juga berkembang seiring lemahnya pengawasan terhadap hutan Indonesia. Pemerintah daerah seakan tidak berkutik menindaklanjuti kebakaran hutan yang dilakukan rakyatnya sendiri. Yang sering terjadi, stake holder lebih menitikberatkan memadamkan karhutla, daripada mencari jalan keluar dari ancaman kebakaran yang menghantui setiap tahunnya.


DAMPAK KEBAKARAN HUTAN & LAHAN BAGI LINGKUNGAN

Walaupun hewan dan manusia bisa melarikan diri dari terjangan hawa panas saat terbakarnya hutan, namun dampak buruk karhutla tetap menghantui kelangsungan hidup manusia. Selain menghancurkan habitat hewan dan tumbuhan, kebakaran hutan akan menimbulkan berbagai penyakit saluran pernafasan.

Di bawah ini beberapa dampak buruk kebakaran hutan membawa malapetaka lainnya bagi kelangsungan hidup manusia. 

Bencana Banjir dan Longsor

Gundulnya hutan mengakibatkan air tidak bisa diserap oleh tanah. Akar-akar tegakan pohon yang biasa menyimpan air tanah, berkuramg signifikan. Longsor mudah terjadi yang berimbas mengancam keselamatan hidup manusia. 

Berkurangnya Oksigen

Hutan sebagai paru-paru dunia yang menandakan hutan memiliki O2 berlimpah. Kebakaran hutan yang menghanguskan ribuan pohon, akan meningkatkan jumlah karbondioksida (CO2) ke atmosfer. Oksigen perlahan menipis, emisi gas CO2 ke udara dalam skala besar, akan menguap ke lapisan atmosfer dan berpotensi menyebabkan pemanasan global. 

Rusaknya Ekosistem

Indonesia kaya akan keaneka ragaman hayati. Namun, api yang membakar pohon dan tumbuhan, menghancurkan sumber makanan dan rumah bagi flora dan fauna. Ribuan satwa dan spesies endemik terbunuh, baik akibat terbakar maupun terjebak asap. Begitu juga flora khas di suatu daerah yang turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.

Tanah menjadi kering, rusak, polusi meningkat, ketersediaan udara bersih menipis. Yang lebih fatal, banjir akan membawa endapan tanah hasil pembakaran ke laut, yang bisa membunuh biota laut. Rusaknya ekosistem tak hanya di darat, tapi juga di laut.

Penyakit Pernafasan Meningkat

Tebalnya asap, menambah jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru, terutama bagi usia lanjut dan anak-anak. Polusi asap juga menambah parah penyakit para penderita TBC/asma. 

Roda Ekonomi Tersendat.

Tebalnya asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat. Banyak sekolah diliburkan, himbauan tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak, serta sarana transportasi yang berhenti beroperasi akibat berkurangnya jarak pandang. Kekeringan juga dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil. 


MENJAGA HUTAN DIMULAI DARI PERBUATAN KECIL 

Perbuatan kecil, dapat menjadi dampak besar untuk melestarikan hutan Indonesia. Dibalik maraknya kebakaran hutan yang merugikan banyak orang secara moril dan materil, pelestarian lingkungan hidup, diperlukan untuk menjaga dan melestarikan kembali hutan dan lahan kita yang telah gundul. Sekecil apapun prilaku menjaga lingkungan, dampaknya sangat besar bagi alam.

Beberapa tindakan kecil yang bisa menjaga hutan dan lahan serta melestarikan lingkungan, antara lain :

Edukasi Diri Sendiri

Mengedukasi diri sejak dini agar mencintai alam, sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan reduce, reuse dan recycle, serta berwisata alam. Edukasi sangat penting dilakukan, agar kelak bisa menahan diri dari perilaku kriminal pembakaran hutan

Kurangi Pemakaian Kertas

Kertas yang digunakan sehari-hari adalah hasil dari beribu-ribu pohon yang ditebang oleh industri pulp/kertas. Langkah kecil yang bisa diterapkan untuk mengurangi pemakain kertas adalah menggunakan recycle paper di tempat kerja. Hal kecil yang jika digunakan jutaan perusahaan di Indonesia, akan berdampak besar bagi hutan kita ke depannya.

Reboisasi

Kebakaran yang hampir terjadi setiap tahun, telah membumi hanguskan jutaan lahan hijau. Reboisasi adalah satu cara penghijauan dengan menanam pohon kembali. Gerakan reboisasi banyak dilakukan pencinta lingkungan dari berbagai komunitas pencinta alam. Pun sama dengan beberapa sekolah dengan gerakan menanam seribu pohon. Di lingkungan perumahan, RT dan RW bekerja sama menggerakan warga menanam pohon pelindung di depan rumah.

Reboisasi membutuhkan waktu untuk memperbaiki lingkungan, setidaknya langkah ini bisa melestarikan kesuburan tanah dan menjaga struktur tanah tidak rusak. 

Wisata Alam

Belajarlah dari alam. Quote yang sering muncul di media sosial. Wisata alam salah satu cara menghindari sifat egois. Di mana kita bisa lebih menghargai ciptaan Sang Pencipta

Lihatlah, tingginya pohon bisa melindungi dari sengatan panas matahari. Akarnya bisa menyerap air tanah dan menghindarkan dari erosi dan longsor. 

Mencintai alam dengan berwisata alam, membuat ungkapan rasa syukur bertambah besar kepada Allah SWT, yang maha memberi tempat menyimpan cadangan O2 terbesar di bumi, sekaligus memberi manfaat dari hasil hutan yang bisa digunakan manusia sebagai makanan, obat-obatan, mata pencaharian dan lain sebagainya. 

Selain tindakan nyata yang dilakukan buat keselamatan hutan, ada baiknya stake holder dan semua elemen masyarakat bekerja sama mencari solusi agar hutan bisa diselamatkan kelak buat anak cucu kita. Bagaimana solusinya?

1. Tidak membuang puntung rokok di area terpapar sinar matahari, apalagi kekeringan sedang melanda daerah tersebut.

2. Saat membakar lahan, sebaiknya saat cuaca tidak berangin agar kobaran api tidak melebar. Pastikan juga jarak aman saat membakar lahan.

3. Apabila kemping di hutan dan mebuat api unggun, pastikan api telah padam sebelum meninggalkan area kemping.

4. Hindari membakar sampah di area kering. 

5. Pentingnya konsolidasi dan koordinasi seluruh pihak untuk bersama mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Masa depan pohon dan hutan Indonesia bergantung pada apa yang kita lakukan saat ini. Pohon bisa hidup tanpa manusia, namun manusia tak mungkin bisa bertahan tanpanya. Oleh karena itu, mari #BersamaBergerakBerdaya meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan dan mempertahankan negara kita agar tetap bisa menyandang gelar sebagai paru-paru dunia. #UntukmuBumiku kami akan selalu ada menyelamatkanmu.

"Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan!"

Sumber informasi :

  1.  https://wri-indonesia.org/site/default/files/keadaan_hutan
  2.  katadata.com
  3.  Lindungihutan.com
  4.  Sigap.menlkh.go.id
  5.  Rimbakita.com




18 comments

  1. Banyak banget yang hilangnya sampai jutaan hektar ya. Itu artinya masalah kebakaran hutan emang bener² serius harus segera ditangani. Karena banyak banget manfaat hutan bagi kita. Setuju bgt manfaat hutan sebagai cadangan air dan menjaga iklim tetap stabil. Sekarang aja cuaca tak menentu, panasnya gak karuan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba, kalo sulit dipadamkan kayak kemarau gitu, pasti lama. Kayak yang sybalamai dulu 97/98 imbas asap lama kami rasakan.

      Delete
  2. Ngeri, ya, kebakaran hutan tahun 1982/1983, yang hilangnya saja 3,2 juta ha. Nggak kebayang segimana luasnya, juga betapa besarnya kerugian yang ditimbulkan kebakaran itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngeri buat kita, untung bagi yang mgebakat, buka lahan lebih mudah.hehe

      Delete
  3. Menggunakan kertas dan ya, ini masih agak-agak sulit buatku. Apalagi aku termasuk yang suka baca buku. Saat ini masih menyesuaikan membaca lewat ebook alih-alih membeli paper book. Apalagi setelah tahu bahwa bahan utama kertas ini masih banyak mengambil dari pohon di hutan. ❤️❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mba, sulit, tapi sejak bekerja dulu, kali nge print yg g terlalu penting, sy gunakan recycle paper aja.

      Delete
  4. Masalah kebakaran hutan mau tak mau harus diselesaikan. Semoga langkah2 kecil ditiru banyak orang. Dan perlahan menjadi langkah bersama yang signifikan ya Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba, langkah kecil yang menghasilkan dampak besar ya.

      Delete
  5. Astaghfirullah. Dampak kebakaran hutan bisa separah itu ya. Semoga ke depannnya penegakan hukum lebih kuat untuk menindak pelaku pembakaran hutan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Moga aja penegakan hukum kita bisa bekerja dengan baik, sesuai yang diperbuat ya mba,

      Delete
  6. Semoga Indonesia semakin memandang serius masalah ini. Jangan sampai kecolongan dulu baru konsen, kaya kasus di Riau dan Kalimantan 2015 dulu. Eh pas di sidang, ada hakim yang bilang "bakar hutan itu tidak merusak lingkungan hidup karena bisa ditanam lagi".. kan jadi semakin pengen pindah negara..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha .geram gimana gitu ya, dah membumi hanguskan lahan, asap nya bikin orang penyakitan, tapi tatap gak salah. Hadeuh..

      Delete
  7. Memang kerusakan hutan banyak dipengaruhi lemahnya penegakan hukum, kalau pelaku yakin bakalan ditangkap pasti mereka mikir seribu kali. Tapi kalau mereka pikir ga bakalan kena sanksi, jadinya merajalela. Belum lagi faktor sosial ekonomi, dimana masih banyak orang yg hidup susah, seperti berita baru-baru ini, banyak yg membakar hutan supaya bisa menjual arang :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sangsi hukum lemah, tapi kalo sangsi masyarakat, ntar salah lagi.m

      Delete
  8. Sedih banget kalau tahu berita tentang kebakaran hutan dan lahan. Apalagi baru-baru ini terjadi kebakaran di kawasan gunung Bromo, antara marah dan sedih rasanya

    ReplyDelete
  9. ngenes kalo liat kebakaran hutan gini, di tambah kemarin dengar Bromo kebakaran, tempat wisata seindah itu, semoga pemerintah bisa menangani nya dengan baik, agar tak terjadi hal-hal serupa

    ReplyDelete
  10. Kebakaran hutan memang musuh bersama. Siapa yg salah? Ya tentu saja yg melakukan pembakarannya. Hehehe... Susah dicegah kalau tdk ada goodwill dari pemerintah untuk tidak memberikan izin pengolahan lahan kepada cukong.

    ReplyDelete
  11. Sedih banget saat mendengar berita kebakaran Bhutan, tiap tahun hampir selalu ada peristiwa kebakaran hutan. Padahal banyak kehidupan ada di dalam hutan, termasuk kehidupan masyarakat adat. Semoga kita semakin sadar akan pentingnya hutan dan lebih aware tentang kondisi hutan kita.

    ReplyDelete

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, silahkan berkomentar dengan sopan.