Mendidik anak |
Ketika memutuskan menikah, saya
berharap cepat dikaruniai momongan. Di satu sisi, karena memang saya sangat
suka dengan anak-anak, satu hal lagi, karena saya menikah sudah memasuki usia
yang tidak muda lagi, yakni 29 tahun.
Hi..hi, bukan gak laku sih, tapi memang
dulu saya yang selalu menunda untuk menikah, padahal orangtua udah nyinyir kala
itu.
Satu bulan menikah, saya sudah
tidak kedatangan tamu bulanan lagi. Setelah di cek, saya dinyatakan positive
hamil. Alhamdulillaah..doa saya di ijabah. Senangnya luar biasa, tidak sabar
menanti rahim saya membesar dan terisi oleh buah cinta kami berdua. *Rasanya
terbang ke awan gak mau turun-turun deh, saking senangnya.
Tiga setengah tahun berikutnya
hadir kembali buah hati saya yang kedua. Saya sudah mulai berpikir cara
mendidik anak-anak saya. Saya tidak mau, anak-anak saya tumbuh sebagai anak
yang cengeng, manja dan tidak mandiri. Selain saya bekali dengan pendidikan
agama, perilaku akhlak juga saya terapkan sejak dini.
Sebagai orangtua, kita menginginkan
anak-anaknya sukses dunia akhirat. Perilaku yang baik dan didukung dengan akhlak
yang terpuji, tentu menjadi dambaan setiap orangtua. Namun, apakah semua itu datang dengan
sendirinya?
Secara lahiriah, orangtua adalah
lingkungan terdekat anak. Baik buruk anak adalah cerminan dari orangtua. Hmm..setelah merasakan menikah dan mempunyai anak, ternyata menjadi orangtua itu tidak semudah membalikan telapak tangan ya. Perlu trik khusus menghadapi beragam tingkah pola anak. Salah asuh sedikit saja, bisa menjadikan anak lari dari yang kita harapkan.
Tugas dan tanggung jawab yang berat, ada di pundak kita. Bukankah orangtua menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya? Seperti apakah kita akan mendidik anak-anak kita? Atau bisa dibilang, kita termasuk orangtua seperti apa sih dalam mendidik anak-anak?
Tugas dan tanggung jawab yang berat, ada di pundak kita. Bukankah orangtua menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya? Seperti apakah kita akan mendidik anak-anak kita? Atau bisa dibilang, kita termasuk orangtua seperti apa sih dalam mendidik anak-anak?
Nah, di bawah ini, ada beberapa tipe orangtua yang bisa kita jadikan “kaca”
pada diri kita. Saya masuk yang mana sih? Yuk, kita simak.
- ORANGTUA OTORITER.
Seringnya mereka diremehkan teman-temannya membuat mereka kehilangan rasa percaya, gelisah dan tidak punya self esteem yang kuat. Orangtua otoriter banyak kita jumpai pada zaman sekarang ini. Terlalu memaksa keinginannya, sehingga anak yang jadi korban. Harus waspada ya Bun, jangan sampai kita kehilangan anak-anak, hanya karena gengsi, prestise dan lain sebagainya. Wallahuallaam.
- ORANGTUA LEMAH.
- ORANGTUA TIDAK KOMPAK.
Tipe seperti ini, salah satu menjadi pelindung bagi anak. Bisa saja ayah, atau Ibu. Sebagai contoh, anak melakukan kesalahan, sehingga diberi teguran oleh sang ayah. Namun, tiba-tiba ibu langsung mengambil langkah preventive dan mengeluarkan argumen untuk membela sang anak. Anak berasa punya sayap, langsung berlindung di belakang sang Ibu, dan berupaya Ibu dapat menyelamatkan nya dari sang ayah. Ini jelas suatu kesalahan. Dalam mendidik anak, tidak hanya satu belah pihak yang memegang peranan penting. Tapi kedua belah pihak harus bekerja sama mendidik dan membesarkan sang buah hati. Tapi tidak dengan cara seperti di atas. Anak akan menjadi pribadi yang pintar mencari alasan, tidak percaya diri dan bahkan cenderung menjadi anak yang cengeng. Setiap diberi teguran atas kesalahannya, dia akan selalu mencari salah satu dari orangtua sebagai sayap untuk melindungi diri.
- ORANGTUA TEGAS DAN MENDIDIK.
APA YANG HARUS KITA LAKUKAN SEBAGAI ORANGTUA?
- Terapkan sikap tegas dan disiplin, dukungan secara emosial sangat diperlukan untuk tumbuh kembang anak secara psikologis.
- Jadilah orangtua yang hangat dan supportive.Salah asuh sedikit saja, bisa menjadikan anak lari dari yang kita harapkan.
- Ajaklah anak bermain, jangan terlalu asyik dengan gadget dan hal-hal yang tidak penting.
- Jadilah pendengar yang baik, karena anak akan merasa dihargai orangtuanya.
- Berikanlah pujian jika perlu. Sedikit pujian dengan porsi yang pas, akan bisa mengembalikan percaya dirinya.
- Aturan dan batasan yang jelas tentang perilaku kasar dan buruk, membuat anak akan mengerti bagaimana cara bersikap.
Well..gimana Bun, sudah bisa sedikit "ngaca" dengan keterangan di atas? Mulai dari sekarang, benahi diri yuk, biar jadi orangtua yang sukses dalam mendidik anak. Selamat mencoba.
8 comments
Nah terkadang anak.adalah cerminan ortunya. Kalo aku sekarang mendidik anak abege ya tarik ulur deh, fleksibel, lebih menjadi sahabatnya.
Semoga menjadi ortu yg baik buat anak2nya yaaa!
Harus pintar dan ada trik mbak. Mendidik anak sekarang. beda ama kita dulu.
kalau orang tua ku dulu tegas dan mendidik, kami semua nurut banget sama ayah ibu :)
Hmm, semakin anak2 gede semakin tersadar kalau jadi ortu itu ga mudah. Dan bener kata mba Yuli kudu pintar2 nih jadi ortu. harus tegas tapi ga otoriter. hmmm...
Bener mbak,,didikan kita dulu ama sekarang dah gak bisa diterapkan lagi.
Tega gak tega juga sih mbak, tapi emang kudu dilakukan..biar besarnya bisa bertanggung jawab dalam segala hal.
Terima kaish Mba, sudah mengingatkan saya kembali :D
Sama-sama mbak.
Post a Comment